Pada pertemuan sebelumnya,
kita telah berjalan-jalan ke abad pertengahan dan menyaksikan
kontradiksi peradaban Barat dan Islam. Kita saksikan bagaimana Eropa
hidup di dalam gumpalan kekumuhan yang ekstrim sementara dunia Islam
gemerlap dengan kemajuan peradaban yang tidak terbayangkan.
Sekarang marilah kita melakukan kajian
tentang faktor- faktor yang lebih jauh menyebabkan kemajuan peradaban
Islam itu. Demikian juga kita kenali lebih dalam karakteristik kemajuan
peradaban Islam di masa lalu.
Peradaban kita, peradaban Islam,
merupakan matarantai dari peradaban-peradaban manusia yang didahului
oleh perdaban-peradaban dan akan disusul oleh peradaban-peradaban lain.
Berdiri dan runtuhnya peradaban kita
mempunyai faktor-faktor yang termasuk dalam rangkaian pembicaraan
kami. Disini kami hanya ingin mengungkapkan peranan peradaban kita yang
cukup penting dalam sejarah kemajuan manusia. Kami akan memaparkan pula
sejauh mana sumbangan abadi yang ditampilakan peradaban kita kepada
manusiaan di berbagai bangsa dan wilayah baik dalam aqidah, ilmu, moral,
hukum, seni dan sastra.
Faktor-Faktor yang Menjadikan
Peradaban Islam`Unik`
Yang paling menarik perhatian para
peneliti terhadap peradaban kita adalah beberapa karakteristik yang
membuat peradaban kita menjadi unik, antara lain:
1.
Berasas Tauhid
Peradaban kita
berpijak pada asas wahdaniah (ketunggalan) yang mutlak dalam aqidah.
Peradaban kita adalah peradaban pertama yang menyerukan bahwa Tuhan
itu satu dan tidak mempunyai sekutu dalam kekuasaan dan kerajaanNya.
Hanya Dia yang disembah dan hanya Dia yang dituju oleh kalimat Hanya
kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan
(Iyyaaka na`budu wa iyyaaka nas ta`iin). Hanya Dia yang
memuliakan dan menghinakan, yang memberi dan mengaruniai. Tiada
sesuatupun di langit dan di bumi kecuali berada kekuasaan dan
pengaturan-Nya.
Ketinggian dalam
memahami wahdaniah ini mempunyai pengaruh besar dalam mengangkat
martabat manusia, dalam membebaskan rakyat jelata dari kezaliman raja,
pejabat, bangsawan dan tokoh agama. Tidak itu saja, tapi wahdaniah ini
juga berpengaruh besar dalam meluruskan hubungan antara peguasa dan
rakyat, dalam mengarahkan pandangan hanya kepada Allah semata sebagai
pencipta mahkluk dan Robb adalah Islam yang hampir membedakannya dari
seluruh peradaban baik yang telah berlalu maupun yang akan datang, yakni
kebebasannya dari setiap fenomena paganisme (paham keberhalaan) dalam
aqidah, hukum, seni, puisi dan sastra. Inilah rahasia yang membuat
peradaban Islam berpaling dari penerjemahan mutiara-mutiara sastra
Yunani yang paganis (keberhalaan), dan ini pula yang menjadi
rahasia mengapa peradaban Islam lemah daam seni- seni pahat dan patung
meskipun menonjol dalam seni seni-seni ukir dan desain bangunan.
Islam yang
menyatakan perang sengit terhadap paganisme (keberhalaan) dan
fenomena-fenomenanya yang tidak mengijinkan peradabannya disusupi dengan
fenomena-fenomena paganis dan sisa-sisanya terus ada jaman sejarah
paling kuno, seperti patung orang-orang besar, orang shalih, nabi maupun
penakluk. Patung- patung itu termasuk fenomena paling menonjol dari
peradaban-peradaban kuno dan peradaban modern karena tidak satu pun dari
peradaban -peradaban itu dalam aqidah wahdaniyah (monotisme)
mencapai batas yang telah dicapai oleh perdaban Islam.
Kesatuan dalam
aqidah ini mencetak setiap asas dan sistem yang dibawa peradaban
kita. Ada kesatuan dalam risalah, kesatuan dalam perundang-undangan,
kesatuan dalam tujuan-tujuan umum, kesatuan dalam eksitensi universal
manusia, dan kesatuan dalam sarana- sarana penghidupan serta model
pemikiran. Bahkan para peneliti seni keislaman telah menyaksikan adanya
kesatuan gaya dan rasa dalam bentuknya yang beraneka macam. Sepotong
gading Andalus, kain tenun Mesir, benda keramik Syria dan benda logam
Iran tampak memiliki gaya dan karakter yang sama meskipun bentuk dan
hiasannya berbeda.
2.
Kosmopolitanisme
Peradaban Islam
bervisi kosmopolitan. Qur`an telah menyatakan kesatuan jenis manusia
meskipun berbeda- beda asal-usul keturunan, tempat tinggal dan tanah
airnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta`ala:
`Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling mengenal. sesungguhnya orang yang paing mulia di antara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.`(Al Hujurat 13)
Ketika menyatakan
kesatuan manusia yang kosmopolitan di atas jalan kebenaran, kebaikkan
dan kemuliaan, Al-Qur`an telah menjadikan peradaban Islam sebagai
simpul yang menghimpun semua kejeniusan bangsa-bangsa dan potensi umat
yang bernaung di bawah panji-panji peradaban Islam. Setiap peradaban
dapat membanggakan tokoh-tokoh jenius hanya dari putera-puteranya yang
satu ras dan satu umat tetapi peradaban Islam tidak demikian.
Peradaban Islam
dapat membanggakan tokoh-tokoh jenius pembangun istananya dari semua
umat dan bangsa. Abu hanifah, Malik, Syaf`i, Ahmad, Al Khalil, sibawaih,
Al Kindi, Al Ghazali, Al Farabi, Ibnu Rusyd dan tokoh-tokoh lain
semisal mereka adalah manusia dari kebangsaan yang berbeda-beda. Yang
satu tinggal di Asia, yang lainya di Afrika, dan yang lainnya lagi di
Eropa. Namun tokkoh yang berlainan asal-usul dan tanah airnya adalah
lebih dikenal sebagai tokoh-tokoh jenius Islam, ketimbang tokoh dari
sebuah negara yang sempit atau bangsa tertentu. Lewat mereka, peradaban
Islam mampu mempersembahkan produk pemikiran yang paling mengagumkan.
Bahkan yang lebih
menarik lagi, umumnya mereka bukan berkebangsaan Arab dan bukan berasal
dari keturunan penduduk gurun pasir tanah Jazirah Arabia. Mereka berasal
dari negeri yang sangat jauh dari tanah Mekkah dan Madinah, namun
peradaban Islam telah menjadikan mereka hidup dalam sebuah negara
kosmopolitan, yaitu Khilafah Islamiyah.
Peradaban Islam
tidak mengenal nation yang kecil dan terpecah-pecah. Sebaliknya,
peradaban Islam menyatukan umat manusia dari beragam latar belakang ras,
bangsa, wilayah geografis, keturunan dan beragam bahasa. Tanpa
menghilangkan jati diri dan identitas masing-masing.
3. Berasas
Pada Moral Yang Agung
Peradaban kita
menjadikan tempat pertama bagi prinsip-prinsip moral dalam setiap sistem
dan berbagai bidang kegiatannya. Peradaban kita tidak pernah lepas dari
prinsip-prinsip moral ini. Bahkan moral menjadi ciri khas peradaban
Islam.
Islam tidak mengenal
penjajahan dan eksplotiasi kekayaan suatu negeri, apalagi menghina dan
memperkosa wanita-wanita. Para penyebar Islam ke berbagai negeri
justru menjadi guru dalam bidang moral buat setiap negeri yang
dimasukinya.
Peradaban Islam
sungguh kontras peradaban Barat hari ini yang gencar mengekspor free
sex, lesbianisme, homoseksual, hedonisme dan dekadensi moral. Barat
mengatakan bahwa perilaku seks sejenis adalah hak asasi manusia dan
melegalkannya. Bahkan secara hukum telah meresmikan pasangan
laki-laki menikah sejenis untuk membentuk sebuah rumah tangga yang
diakui secara hukum.
Presiden Amerika
pernah mengumumkan bahwa lebih satu juta dari sekitar enam juta pemuda
Amerika yang harus mengikuti wajib militer tidak laik menjadi tentara
karena terkena penyakit sepilis. Dan 30 sampai 40 ribu anak mati karena
korban penyakit kotor orang tuanya dalam setiap tahunnya.
Pemerintahan
militer Prancis terus menerus kekurangan pemuda-pemuda yang laik
menjadi sukarelawan dari segi kesehatan badan. 75 ribu orang tentara
yang terpaksa harus diberhentikan dan dimasukkan ke rumah sakit karena
mengidap penyakit kotor (sipilis).
Kasus kawin cerai
para selebriti dan gaya hidup selingkuh di negeri ini tidak lain dari
pengaruh gaya hidup barat. Zina dan seks ala binatang adalah diantara
pernik-perniknya. Peradaban barat telah melahirkan anak-anak yang
tidak pernah tahu siapakah ayah mereka, karena mereka lahir dari
rahim wanita-wanita yang terbiasa berzina dengan sejumlah besar
laki-laki. Dimana ibu mereka pun lupa dengan siapa saja pernah berzina
dan tidak pernah tahu secara pasti benih siapakah yang ada dalam
perutnya. Nauzu Billah…
Dan wajar pula bila
penyakit AIDS yang mematikan lahir di peradaban mereka.
Peradaban Islam
mengajarkan persamaan derajat manusia. Menghormati dan memuliakan
wanita serta menempatkan pada posisi yang sangat penting.
Mengharamkan protitusi baik resmi maupun terselubung. Mengharamkan
zina dan perselingkuhan.
4.
Menyatukan Agama dan Negara
Umumnya peradaban
yang dikenal manusia memisahkan antara agama dengan negara. Seakan
keduanya adalah dua sisi yang tidak bisa bertemu.
Namun peradaban
Islam mampu menciptakan tatanan negara dengan berpijak pada
prinsip-pinsip kebenaran dan keadilan, bersandar pada agama dan aqidah
tanpa menghambat kemajuan negara dan kesinambungan peradaban. Dalam
peradaban Islam bahkan agama merupakan salah satu faktor terbesar
kemajuan dalam bernegara. Maka, dari dinding masjid di bagdad, Damaskus,
Kairo, Cordoba, dan Granada memancarlah sinar-sinar ilmu ke segenap
penjuru dunia.
Peradaban Islamlah
satu-satunya peradaban yang tidak memisahkan agama dari negara,
sekaligus selamat dari setiap tragedi percampuran antara keduanya
sebagaimana yang dialami Eropa pada abad-abad pertengahan. Kepala negara
adalah khalifah dan amir bagi orang-orang mukmin, tetpi kekuasaan
disisinya adalah untuk kebenaran. Adapun pembuatan undang- undang
diserahkan kepada pakar-pakarnya Setiap kelompok ulama (ilmuwan)
mempunyai spesialisasi sendiri-sendiri, dan semua sama di hadapan
undang- undang keutamaan yang satu atas yang lainnya ditentukan oleh
taqwa dan pengabdian umum kepada manusia, sebagaimana yang pernah di
ucapkan Rasulullah Saw megenai keadilan dalam perundang- undangan ini.
Beliau berkata,
“Demi Allah,
andaikata Fatimah, putri Muhammad mencuri, pasti Muhammad memotong
tangannya.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Rasulullah juga
bersabda:
“Semua makhluk
adalah keluarga besar Allah, maka orang yang paling dicintai Allah
adalah yang paling bermanfaat bagi keluarga besarNya.” (HR. Al Bazzar)
Inilah agama yang
menjadi alas pijak peradaban kita. Di dalamnya tidak ada
keistimewaan atau kekhususan untuk seorang pemimpin, tokoh agama,
bangsawan maupun hartawan. Perhatikanlah firman Allah yang diturunkanNya
kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam:
“Katakanlah
(Muhammad):`Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kamu,’”(Al Kahfi 110)
5. Toleransi
Yang Mulia
Peradaban kita
mempunyai toleransi keagamaan yang mengagumkan, yang tidak pernah
dikenal oleh peradaban lain yang juga berpijak kepada agama. Orang
yang tidak percaya kepada semua agama atau Tuhan tidak tampak aneh jika
ia memandang semua agama berdasarkan pengertian yang sama serta
memperlakukan pemeluk-pemeluknya dengan ukuran yang sejajar.
Tetapi pemeluk agama
yang meyakini bahwa agamanya benar dan aqidahnya paling lurus dan syah,
kemudian dia diberi kesempatan untuk memanggul senjata, dan meduduki
kursi pengadilan dan kesempatan itu tidak membuatnya zalim atau
menyimpang dari garis-garis keadilan, atau tidak menjadikan dia memaksa
manusia untuk mengikuti agamanya, maka orang semacam ini sungguh sangat
aneh ada dalam sejarah.
Apalagi jika dalam
sejarah ada peradaban yang berpijak pada agama dan menegakkan
fenomena-fenomenanya di atas prinsip-prinsip agama itu, lalu ia pun
dikenal sejarah sebagai peradaban yang paling kuat toleransinya,
keadilannya, kasih sayangnya dan kemanusiaannya. Inilah yang diperbuat
oleh peradaban kita dan akan kita dapati puluhan contohnya dalam
pembicaraan kita selanjutnya.
Cukuplah bagi kita
untuk mengetahui bahwa peradaban kita menjadi unik dalam sejarah karena
mendirikannya adalah satu agama tetapi keberadaannya untuk agama- agama
lain seluruhnya.
Itulah beberapa
karakteristik dan keistimewaan peradaban kita dalam sejarah perdabana.
Semua karakteristik dan keistimewaan itu mejadikan peradaban kita
sebagai objek kekaguman dunia menjadi pusat perhatian orang-orang
merdeka dan cendekia dari setiap ras dan agama.
Ketika perdaban
kita kuat, ia memerintah, mengarahkan, mendidik dan mengajarkan ilmu,
tetapi tatkala ia runtuh dan peradaban lain sesudahnya berdiri maka
muncullah berbagai pandangan menilai perdaban kita. Ada yang
mencemoohkannya an ada pula yang mengaguminya. Ada yang membicarakan
keutamaannya dan ada pula yang berlebihan dalam mencelanya. Begitu pula
dengan berbagai pandangan peneliti-peneliti Barat mengenai peradaban
kita. Mereka tidak melakukan hal itu seandainya mereka bukan
orang-orang kuat. Mereka adalah pemegang ukuran- ukuran kekuasaan dan
sumber rujukan pendapat-pendapat, yang sekarang ini memegang kendali
peradaban. Sedangkan orang-orang kuat untuk menjarah kekayaan mereka
dan mejajah negeri mereka dengan tamak dan rakus. Barang kali itulah
sikap si kuat terhadap si lemah. Dia mencemooh dan meremehkan
kemampuan si lemah. Seperti itulah yang di perbuat oleh orang-orang
kuat di setiap masa sejarah, kecuali kita. Ketika kuat, kita tetap
berlaku adil kepada manusia, baik yang kuat maupun yang lemah. Peradaban
kita menunjukkan keutamaan bagi yang berhak, baik bagi orang Timur
maupun orang Barat. Apakah ada yang seperti kita dalam sejarah kedilan
hukumnya dalam membersihkan niat dan kelurusan nurani?
Namun sayangnya,
kita tidak pernah menyadari kefanatikan orang-orang kuat itu melawan
kita. Kita tidak menyadari kezaliman mereka dalam menguasai peradaban
kita. Banyak di antara mereka yang jika fanatik terhadap suatu agama,
maka kefanatikan itu membuatkan matanya dari melihat kebenaran, atau
jika fanatik terhadap suatu kebangsaan (nasionalisme) maka kebesaran
nasionalisme itulah yang mendorongnya untuk tidak mengakui keutamaan
umat lain. Kini kita patut bertanya, apa alasan kita sampai terpengaruh
oleh pendapat-pendapat mereka mengenai peradaban kita sendiri? Mengapa
sebagian putera umat kita ikut mencela peradabannya sendiri yang selama
beberapa abad telah menundukkan dunia di hadapan kedua kakinya?
Sanggahan-Sanggahan Terhadap
Orang yang Mencela Peradaban Kita.
Barangkali alasan pencela-pencela itu
ialah bahwa peradaban kita tidak ada artinya jika dibandingkan dengan
mutiara-mutiara peradaban modern serta penemuan dan penaklukannya dalam
cakrawala ilmu pengetahuan modern. Kendati ini benar tapi tetap tidak
layak mencela peradaban kita karena:
1. Setiap peradaban
mengandung dua unsur yaitu unsur moral spiritual dan unsur material.
Mengenai unsur
material, tidak di ragukan lagi. Setiap peradaban yang datang kemudian
mengungguli peradaban sebelumnya. Itu adalah sunnatullah dalam
perkembangan kehidupan dan sarana-sarananya. Sia-sia apabila kita
menuntut peradaban terdahulu dengan kemajuan yang dicapai peradaban
berikutnya. Andaikata ini boleh, maka tentu kita pun boleh pula
mencemooh setiap peradaban yang mendahului peradaban kita lantaran
kemajuan yang diciptakan oleh peradaban kita berupa sarana-sarana
kehidupan dan fenomena-fenomena peradaban yang belum pernah dikenal
sama sekali oleh peradaban-peradaban terdahulu. Maka, unsur material
dalam peradaban- peradaban selamanya tidak bisa dijadikan dasar untuk
saling mengakui kelebihan dan keutamaan peradabannya diantara yang
satu dengan yang lain.
Adapun unsur moral
spiritual adalah unsur yang mengekalkan peradaban-peradaban dan menjadi
sarana untuk menaikkan risalah membahagiakan manusia dan menjauhkannya
dari penderitaan dan momok yang menakkutkan. Di bidang ini peradaban
kita telah mengungguli setiap peradaban dan mencapai batas yang tak
ada bandingannya dalam masa sejarah manapun. Cukuplah peradaban kita
kekal dengan hal ini.
Tujuan peradaban
sebenarnya untuk mendekatkan manusia ke puncak kebahagiaan, dan
peradaban kita telah berbuat untuk itu selama ini tidak pernah
diperbuat oleh sebuah peradaban manapun baik di Timur maupun Barat.
2. Peradaban tidak
bisa dibandingkan satu dengan yang lainnya dari ukuran material atau
dengan hitungan jumlah dan luas, atau dengan kemewahan material dalam
penghidupan, makanan dan minuman, tetapi peradaban harus dibandingkan
menurut pengaruh- pengaruh yang ditinggalkannya dalam sejarah
kemanusiaan. Dalam hal ini kedudukan peradaban sama dengan
kedudukan peperangan yang tidak bisa dibandingkan satu sama lain
berdasarkan luasnya medan atau hitungan jumlah. Peperangan yang sangat
menentukan dalam sejarah kuno dan pertengahan jika dibandingkan dengan
perang Dunia II dari segi jumlah pasukan dan sarana-sarana perang tentu
tak ada artinya. Namun, peperangan itu tetap dianggap mempunyai nilai
lebih dalam sejarah karena mempunyai pengaruh- pengaruh yang jauh.
Dalam perang Kani,
dimana panglima Carthagi yang tersohor, Hannibal berhasil menghancurkan
pasukan Romawi, sampai sekarang masih merupakan salah satu pertempuran
yang diajarkan di sekolah-sekolah militer di Eropa. Pertempuran Khalid
bin Walid dalam penaklukan Irak dan Syria masih menjadi objek kajian dan
kekaguman militer-militer Barat, sedangkan bagi kita itu merupakan
lembaran-lembaran emas dalam sejarah penaklukan-penaklukan dalam
peradaban kita. Berlalunya perang Kani, perang Badar, perang
Qadisiah atau perang Hittin tidak mengubah
pandangan bahwa perang-perang itu adalah perang- perang yang menentukan
dalam sejarah.
0 masukan:
Posting Komentar
sebelum berkomentar ada baiknya sobat membaca aturan berikut:
+ harap berkomentar bahasa yang sopan
+ jangan berkomentar yang menyinggung SARA'
+ jangan berkomentar yang berbau pornografi
jika tidak memenuhi ketentuan di atas komentar sobat tidak akan ditampilkan. Terima kasih sebelumnya